Mencicip kota khatulistiwa

TULISAN (gambar-gambar) kali ini saya persembahkan untuk kamera yang saat ini sedang dalam kondisi sekarat. Tepatnya setelah dibawa melakukan perjalanan Medan – Bogor – Pontianak – Putussibau dan sebaliknya.

Sebenarnya akhir pekan lalu sudah berencana akan dibawa untuk diservis saat kunjungan akhir pekan ke Medan. Sayangnya lupa dan kemungkinan baru akan diservis pada pekan-pekan berikutnya saja.

Replika tugu khatulistiwa
Replika tugu khatulistiwa

Kalimantan Barat. Sebuah provinsi yang sama sekali belum pernah saya injak tanahnya hingga tanggal 21 November silam. Saat pertama kali menghirup udara kota, terasa suhu panas khas tropis yang tentunya terasa lebih panas dibandingkan Medan, apalagi Bogor.

Kota ini menarik perhatian saya tentunya karena monumen tugu khatulistiwanya yang sudah saya ketahui sejak masa SD. Sayangnya karena cuaca yang tidak mendukung, saya tidak sempat mengunjungi tugu tersebut dan baru bisa berkeliling Pontianak saat malam hari. Itupun sambil bermotoran dan hujan-hujanan.

Siantan
Siantan

Salah satu yang berkesan dari Kota Pontianak saat kunjungan semalam yaitu mencicip bubur paddas yang merupakan makanan khas melayu sambas. Konon makanan khas tersebut juga berasal dari Kerajaan Melayu Deli di tanah Sumatera sana.

Bu bur paddas nan bergizi
Bubur paddas nan bergizi

Bubur ini asli enak pakai banget! Walaupun namanya terkesan seperti rasanya pedas, tidak demikian halnya dengan rasanya. Bubur ini dibuat dari beras yang ditumbuk dan terdiri dari bermacam-macam sayuran (ini yang saya suka) dan rempah seperti taburan kacang goreng, teri, tauge, sawi, kangkung, wortel, ubi jalar, rebung, pakis, daun kusem (endemik Kalimantan) serta sayuran lainnya yang mungkin terlewat. Intinya ragam sayurannya banyak dan tentunya menyehatkan.

Selain Pontianak, Kota Putussibau juga menjadi salah satu tempat yang saya kunjungi mengingat lokasi dinas pekerjaan di sana. Jadi, wilayah kerja dinas saya kebetulan lokasinya sekitar tiga jam perjalanan menyusur Kapuas hulu dari Putussibau. Cukup unik karena dinas kali ini, sungai menjadi salah satu ‘jalan’ utama yang dilewati untuk menuju lokasi. Biasanya jalur darat yang minta ampun jauh jaraknya dari kota terdekat. Beberapa hasil potretan saya bisa dilihat pada gambar-gambar di bawah.

Jetty
Jetty
Luar biasa lebarnya Kapuas
Luar biasa lebarnya Kapuas
Membelah sungai
Membelah sungai
Permukiman pinggiran sungai
Permukiman pinggiran sungai
Nemu kantung semar saat blusukan
Nemu kantung semar saat blusukan
Berani kotor itu baik
Berani kotor itu baik
Ada pelangi di mataku
Ada pelangi di mataku
Sebuah masjid dan pelangi
Sebuah masjid dan pelangi
Pelangi lagi
Pelangi lagi
Menyusuri amazonnya Indonesia
Menyusuri amazonnya Indonesia

 

9 thoughts on “Mencicip kota khatulistiwa”

  1. Kameranya kenapa mas?

    Itu bubur ya? Aku kira soto, hehee

    Di daerah yang hutannya masih terjaga memang tidaklah sulit untuk menemukan pelangi 😀

    1. Entah Mas, kameranya mati total tidak bisa dihidupkan. Mungkin kena benturan selama survey.
      Iya bubur, sekilas memang tampak soto. Bubur paddas ini unik menurut saya karena pengalaman pertama nyicip hehe..
      Iya bener, hampir dua hari kemarin di lapangan ada pelanginya terus

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: