Awalnya liburan akhir tahun 2012 terutama saat menjelang Natal dan Tahun Baru saya sudah berniat untuk berkunjung ke Serambi Mekah untuk sekedar refreshing dan bertamu ke salah seorang kawan yang saat ini dinas di BPN Banda Aceh. Namun apa daya, dikarenakan training dan meeting dadakan di Jakarta akhirnya saya urungkan saja niat untuk berkunjung ke Serambi Mekah. Dikarenakan kunjungan dinas ke Jakarta maka saya pun langsung mengatur rencana juga agar bisa maksimal sekalian untuk berkunjung ke Bogor yang merupakan kampung halaman sekaligus tempat tinggal orang tua.
Singkat cerita saya pun mengatur keberangkatan lebih dahulu jadwalnya dibandingkan dengan jadwal keberangkatan atasan. Saya memang sengaja mengambil cuti agar lebih banyak waktu dihabiskan di Bogor. Tentunya jadwal kepulangan pun saya atur lebih lama semaksimal mungkin. Selama berdinas di Jakarta saya memutuskan untuk bermalam saja di Jakarta agar selain lebih praktis juga bisa sempat untuk bercengkrama dengan kawan semasa kuliah di Jakarta. Inti dari percengkramaan tersebut pasti tidak jauh dari makan sambil mengobrol juga diselingi menonton film layar lebar buatan anak bangsa yakni 5 cm dan Habibie – Ainun. Nah dua film ini sama-sama diadaptasi dari novel. Bedanya buat saya, untuk 5 cm saya terlebih dahulu membaca novelnya baru kemudian menonton versi layar lebarnya sedangkan film Habibie saya menonton filmnya saja dan novelnya belum pernah saya baca. Mungkin ulasan kedua film dan unek-uneknya saya postingkan pada episode berikutnya saja.
Cerita Kuliner Mie Ayam Kampung Gerobak Biru
Setelah rangkaian dinas yang melelahkan di Jakarta seperti biasa saya berkunjung ke Bogor. Tidak banyak perubahan yang terjadi di Bogor. Yang kentara mungkin lalu lintas kendaraan bermotor yang semakin padat saja dari waktu ke waktu.
Saat pulang kampong, ada tiga jenis makanan khas kampung yang biasanya saya cari yaitu Mie Ayam Sari Raos, Bakso Sesepan, Bubur Ayam, dan Gondel. Mengingat saat kepulangan saya hanya sempat mencicipi Mie Ayam maka yang akan saya coba ceritakan pada postingan kali ini yaitu Mie Ayam Sari Raos yang sudah cukup melegenda di Kampung Anyar dan sekitarnya.
Mie Ayam Sari Raos sebenarnya tidak berbeda jauh dengan mie ayam yang di jual di pinggir jalan dan mall-mall di Indonesia. Yang pasti, Mie Ayam Sari Raos merupakan mie ayam kering tanpa kuah (juga tanpa tambahan bakso). Mie ayam hanya berisi mie, sayur sawi, serta taburan suwiran ayam kecap. Mie ayam ini merupakan yang paling terkenal di kampung kami bahkan terkenal hingga kampung-kampung di sekitarnya. Mie ayam ini pula yang menjadi santapan wajib Pakde saya apabila berkunjung ke rumah orang tua saya. Juga sepupu-sepupu saya, keponakan, bibi, dan juga teman-teman saya dan temannya adik saya. Saking hapalnya saya akan kebiasaan mereka, setiap berkunjung sudah pasti ibu saya tidak akan memasak. Jadi kita pesankan saja mie ayam dengan delivery order, hehe.

Masalah rasa memang mie ayam ini enak. Mungkin karena pengaruh mie yang dibuat sendiri setiap hari dan tanpa pengawet. Bahkan sejak SD saya sudah menjadi pengonsumsi tetap mie ayam tersebut setidaknya seminggu sampai dua minggu sekali. Mulai dari harga per bungkus Rp 300 hingga Rp 6000 saat ini. Murah bukan. Rasanya tidak pernah berubah dan porsinya sangat mengenyangkan perut. Ibu saya kadang tidak habis memakan mie ayamnya sehingga sering saya menjadi in charge ibu saya untuk meneruskan menghabiskan mie ayam agar tidak mubazir. Sebenarnya penjual mie ayam ini ada dua gerobak pada awalnya, namun akhirnya lama setelah mereka masing-masing berkeluarga akhirnya pisah gerobak dan berdiri mandiri sendiri-sendiri. Walaupun terpisah (jarak gerobaknya tidak jauh) masing-masing sudah memiliki pelanggan tetapnya sendiri dan dijamin 100% setiap hari mie ayam tersebut sold out tanpa terkecuali termasuk saos dan kecapnya, hehe. Keluarga kami lebih sering membeli mie ayam tersebut ke penjual yang lebih muda dibandingkan kakaknya karena relative lebih cepat pembeliannya. Apabila memesan ke tempat kakaknya minimal kita baru bisa mendapatkan bungkusan mie ayam setelah satu jam menunggu! Saya sendiri bahkan pernah sampai 2 jam menunggu!
Kebetulan ada dua teman dekat saya berkunjung ke rumah pada akhir pekan, sebut saja Cukil dan Komet. Mereka berdua sahabat dekat saya selama kuliah. Intensitas mereka berkunjung ke rumah kami cukup sering terutama ketika masa kuliah. Disamping alasan untuk bersilaturahim atau mengerjakan tugas fiktif ke rumah saya, mereka pun ternyata menyimpan misi untuk selalu minta dihidangkan Mie Ayam Sari Raos tersebut, hehe. Kedua kawan saya sudah menjadi korban pesona dan rasa Mie Ayam Sari Raos tersebut. Bahkan lebih gilanya lagi, Cukil meminta dua porsi mie ayam untuk disantap jadi totalnya akhirnya saya harus memesan empat porsi untuk tiga orang. Dan lebih gilanya lagi, Cukil menghabiskan tanpa sisa dua porsi mie tersebut O_o. Saya sempat terheran-heran karena sebelumnya baru sepupu saya saja dari Jawa Timur yang bisa menghabiskan dua porsi mie ayam dalam satu kali makan. Bisa dibilang wajar karena sepupu saya memang memiliki badan yang sembodo alias kentung namun Cukil tidak memiliki postur badan seperti sepupu saya tersebut.
Nah bagi pembaca yang berminat untuk mencicipi Mie Ayam Sari Raos bisa langsung menuju TKP di Kelurahan Muarasari, Bogor Selatan. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan penjual mie ayam tersebut. Tanya saja pada penduduk sekitar dan mereka akan langsung memberitahu dimana persisnya lokasi penjual Mie Ayam Sari Raos.
Berhubung pembahasan kali ini mayoritas membahas tentang kuliner maka saya tutup postingan ini dengan mengutip sebagian kata-kata pakar kuliner (yang juga masih wartawan): “Tetap sehat, tetap semangat, supaya bisa jalan-jalan bareng…”
BahLias 031213