Prolog
Kepulauan Banyak – Adzan subuh berkumandang diselingi oleh hembusan angin laut yang tiupannya cukup kencang. Selesai menunaikan ibadah, saya dan (sebut saja) Bang Amir langsung menuju dipan homestay yang menghadap ke laut dengan perlengkapan kamera dan sebuah ponsel dalam genggaman kami masing-masing. Samar-samar dari nun suatu arah yang jauh, tepatnya di Timur, setitik cahaya yang sedikit demi sedikit memudar perlahan menjadi semakin terang. Ya, itulah sang fajar. Namun, gelayut kegelapan pun menggerayangi ufuk Timur berupa gumpalan awan kegelapan yang menutupi cahaya kemerahan sang fajar. Continue reading “Kepulauan Banyak (Bagian 3)”