Dracula Untold

Ini tulisan serius daripada tulisan yang posted sebelumnya :). Ternyata masih draf dan belum publikasi ini tulisannya. Baru sadar setelah sekian pekan ini tulisan belum published.

Kebetulan untuk menghabiskan akhir pekan di kota yang padat dengan hingar bingar kendaraan, saya memutuskan untuk menonton film baru yang berjudul Dracula Untold. Nah, walaupun sudah curiga bakal aneh ceritanya, karena didorong rasa penasaran akhirnya saya tonton juga. Mengapa saya sebut bakal aneh ceritanya ? Saya pernah membaca satu buku yang berjudul tentang Sejarah Vlad Dracula (Judul pastinya lupa) dengan sampul berwarna hitam. Saya membaca di toko buku Gramedia di Bogor sekitar empat tahun yang lalu. Karena saking menariknya sejarah yang tersaji, saya lahap habis membaca sekali duduk (faktanya sambil berdiri) dari halaman pertama sampai selesai. Dengan sumber yang jelas dan tersaji pada daftar pustaka, saya meyakini fakta yang disajikan sesuai dengan kebenarannya.

Jadi inti cerita dari film tersebut adalah Sang Pangeran Wallachia (si Dracula) yang akhirnya ‘menjual’ dirinya kepada iblis haus darah untuk mengalahkan pasukan Ottoman (Utsmaniyah). Tentunya kekuatan yang didapatkan dari si iblis sarat dengan kekuatan supranatural. Di akhir cerita, akhirnya Dracula mengalahkan Sultan Mehmed dan si Dracula tetap hidup sampai di zaman modern.

Nah, apa saja hal-hal yang cukup mengusik saya pada film tersebut ? Berikut ini penjelasan singkat dari saya.

Pada buku sejarah yang saya baca, pada abad ke 15, Kesultanan Ottoman memang sedang melebarkan wilayah kekuasaanya hingga ke Eropa dan dimulai dari Eropa Timur. Salah satu targetnya yaitu wilayah Wallachia yang dihuni oleh beberapa kerajaan kecil, termasuk si Dracula dan ayahnya. Karena Wallachia merupakan kerajaan lemah, Ottoman menguasai wilayah tersebut dengan cara menerima upeti rutin yang harus diserahkan Wallachia kepada Ottoman. Selain itu, sebagai tanda ketundukkan dan kesetiaan Wallachia kepada Ottoman maka Vlad si Dracula kecil dan saudaranya Radu harus diserahkan kepada Ottoman. Tentunya, dengan kesepakatan tersebut, Wallachia (di bawah kesulatan Ottoman) mendapat kedaulatan untuk menjalankan roda pemerintahan sendiri tentunya harus tunduk dan patuh kepada Ottoman. Dan jika Wallachia diserang, maka Ottoman wajib untuk melindungi Wallachia dan warganya karena sudah membayar upeti. Intinya, Wallachia sama lah dengan wilayahnya Ottoman.

Sekilas fakta sejarah tersebut secara tersirat maupun tidak tersirat terceritakan pada film, terutama di bagian awalnya. Namun setelahnya, tak lebih film hanya bercerita khayalan dan penuh dengan kebohongan sampai film berakhir. Kisah kekejaman si Dracula sekilas terceritakan melalui sebutan atau gelar atas kekejamannya yaitu Vlad the impaler (Vlad sang penyula). Sayangnya kurang dibongkar fakta sejarah yang ada atas hal tersebut seperti orang Turki (penduduk dan pedagang) yang disula oleh Dracula hingga jumlah yang fantastis yaitu 30.000 orang. Bahkan ada sumber yang menyebutkan 300.000!

Berbicara sula, apakah itu? Sula adalah teknik populer yang digunakan Dracula untuk membunuh penduduk desa yang membangkang atau penduduk musuh. Tekniknya dengan menancapkan kayu terhunus panjang yang ditusukkan dari dubur hingga menembus mulut atau dada dan dilakukan saat korbannya hidup. Metode pembunuhan yang kejam ini adalah salah satu metode yang disukai oleh Dracula untuk perang psikologis juga terhadap pasukan lawannya (Ottoman). Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Dracula adalah orang yang paling haus darah. Mungkin di zaman modern, personal yang mirip dengan Dracula yaitu peristiwa NAZI di Jerman atau Kamboja (Pol Pot, rezim Khmer merah) dan penumpasan akar rumput PKI di Indonesia.

Pada film diceritakan, sebelum Ottoman menyerang Wallachia, si Dracula mencari kekuatan yang setara 1000 orang (kalo di Jawa mungkin ajian bolo sewu kali ya). Nah inilah yang menjadi inti cerita dari film tersebut dan saya meyakini bahwa kekuatan tersebut ya sangat tidak mungkin. Ternyata untold yang dimaksudkan sutradara mungkin hal-hal seperti itu. Bahkan di penghujung film diperlihatkan bahwasanya si Dracula mengalahkan sekaligus membunuh Sultan Mehmed dalam duel!? How come?

Kisah mengenai makhluk terkutuk yang memberikan kekuatannya kepada Dracula juga menjadi bagian yang termasuk dari kebohongan-kebohongan isi cerita film dibandingkan dengan fakta sebenarnya. Saya rasa orang barat lebih tertarik dengan mitos-mitos aneh yang disampaikan secara turun menurun dan berkembang menjadi legenda di sana.

Jelas-jelas hal tersebut di atas merupakan penyimpangan cerita dari sejarah dan malah menjadi inti cerita filmnya! Ya mau tidak mau sebagai penonton ya nrimo saja lah. Jika mau membantah ya harus disampaikan dalam bentuk film juga agar sepadan daripada membuat buku (in my opinion). Karena bagaimanapun kecenderungan orang lebih menyukai karya yang lebih sederhana dan mudah diterima (baca: menonton lebih sederhana dibandingkan dengan membaca buku).

Fakta sejarah:

Dracula akhirnya mati dalam pertempuran melawan Ottoman dan bukan sebaliknya seperti yang ditampilkan dalam film tersebut. Sekian.

The Amazing Spiderman 2

Sumber : http://patrickbrown.deviantart.com/art/The-Amazing-Spider-man-2-383445418
Sumber : http://patrickbrown.deviantart.com/art/The-Amazing-Spider-man-2-383445418

Akhirnya saya berkesempatan menonton salah satu superhero favorit masa kecil saya yang sudah entah berapa kali dibuat rilisnya dalam layar lebar. Dan ekspektasi saya terhadap film pahlawan super biasa saja karena namanya film fiksi, pasti yang akan muncul adalah adegan-adegan tidak masuk akal yang didukung efek animasi yang super keren.

Satu hal yang menjadi catatan saya yaitu entah kenapa saya merasa alur cerita yang ditampilkan ini berasa aneh. Saya sebenarnya kadung lekat dengan cerita khas Spiderman versi Tobey Maguire sebagai pemeran Peter Parker. Tidak hanya di film kedua ini sebenarnya, tetapi mulai di versi pertama si Andrew Garfield memerankan Peter Parker. Beberapa kawan yang menonton terlebih dahulu mengatakan bahwa filmnya bagus, antara cerita pahlawan super dan dibumbui kisah romantis, berjalan apik sehingga layak ditonton. Ya, saya tidak menafikan bahwa memang filmnya bagus. Namun ya itu tadi, saya masih ‘kurang bisa’ menerima alur cerita versi si Peter Parker Andrew Garfield karena kadung lekat dengan si Peter Tobey Maguire.

Saya amati filmnya, terdapat beberapa perbedaan atau mungkin kita sebut modifikasi tampilan sang pahlawan New York tersebut dibandingkan versi pertama. Yang ketara yaitu mata Spiderman yang lebih membelalak dibandingkan sebelumnya. Bahkan menurut saya lebih mirip dengan gambaran komik aslinya versi Stan Lee. Buat saya sih agak lucu kelihatannya karena saya lebih menyukai mata Spiderman yang lebih tajam sehingga terlihat lebih dingin dan tajam tatapannya. Itu dari segi tampilan. Jika dari cerita saya hanya lebih menyoroti cerita romantis sang pahlawan super dengan Gwen Stacy. Saya kecewa karena tidak ditampilkan Mary Jane hahaha. Ironisnya di akhir cerita malah Gwen Stacy pun tewas. Jadi sudah sosok Mary Jane tidak ditampilkan, ndilalah Gwen Stacy pun tewas. Lagi-lagi kembali ke masalah awal, saya lebih kadung menyukai alur cerita film versi Peter Parker Tobey Maguire. Jika menurut saya pribadi, mending porsi romantis si pahlawan super pada film tersebut dikurangi saja dan digantikan adegan pertarungan hancur lebur dengan efek animasi memukau saja.

Durasi film ini termasuk lama, yaitu sekitar 140 menit. Itupun dengan adegan akhir yang terpotong dan menggantung saat Spiderman melawan Rhino. Akan lebih keren sebenarnya jika si manusia laba-laba melawan tiga musuhnya sekaligus. pasti dapat dibayangkan efek kehancuran kota yang akan terjadi pasti lebih fenomenal dan porak poranda.