Satu dekade

TERINSPIRASI dari post Mba Dita, Azmi dan Mba Deny, akhirnya saya ketularan untuk menuliskan highlight satu dekade kehidupan saya. Hitung-hitung membuang sawang yang sudah semakin lebat di sudut-sudut ruang blog ini ya kan.

2010

Tahun ini akhirnya lulus sidang sarjana, tepatnya di bulan Desember. Meleset satu semester dari target yang harusnya bisa lulus delapan semester. Tahun yang riweuh karena berurusan dengan penyelesaian skripsi melalui begadang tiap malam dan juga mengolah data dan peta-peta.

2011

Akhirnya diwisuda juga dan resmi menyandang gelar sebagai ‘pengangguran terdidik’ πŸ˜‚ selama kurang lebih tiga bulan. Selama waktu tersebut banyak melamar pekerjaan (juga interview) di sana-sini sambil ikut bantu orang tua menjaga warung sembako 😎. Oh ya sambil jadi tukang ojek adek tercinta sama ibunda pastinya kalo ke pasar atau sekolah. Sempat kerja juga dengan konsultan HRD untuk promosi susu balita. Kerjaannya scan sidik jari para balita untuk dianalisis pakai alat.

Bulan Mei resmi jadi buruh perusahaan kelapa sawit di bidang yang sesuai dengan keilmuan saat kuliah, Alhamdulillah. Hanya saja lokasinya di Kabupaten Simalungun nun jauh di Sumatera Utara. Dulu mikirnya bodo amatlah, yang penting bisa kerja yang sesuai sama minat. Toh juga orang tua saya membolehkan merantau.

Pertama kalinya juga merasakan Lebaran bukan di Bogor tetapi di Medan, di tempat Paklik dan Bulik saya yang baru pertama kali bertemu selama hidup. Alhamdulillah bisa menyambung silaturahmi dari keluarga Mbah dari Purworejo. Di tahun ini juga akhirnya bisa membeli HP Android, Samsung . Salah satu prestasi hidup juga ini 🀣.

2012

Sudah ngga gabut di kerjaan, jadi mulai sibuk urusan pemetaan kebun. Setelah hampir setahun di lokasi kerja, baru bisa ke Toba di tahun ini. Padahal waktu tempuhnya sekitar dua jam saja dari mesπŸ˜‚. Tahun ini perut masih belum bisa berkompromi dengan makanan Sumatera yang cenderung pedas.

2013

Makin sibuk di kerjaan. Lokasi kerja wara-wiri mulai dari Sumut, Sumsel, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sempat temporer ditempatkan sekitar tiga bulan di Kutai Barat. Sering dinas juga ke kantor pusat Jakarta, jadi bisa sekalian cuti ke Bogor (mumpung tiketnya gratis).

Di tahun ini dipanggil interview (kesempatan emas nih) dari perusahaan bonafit batu bara, apalagi harga komoditas lagi hot-hotnya. Sayang banget sedang berada di pedalaman Sumsel yang buat ngga memungkinkan untuk interview.

Tahun ini lumayan banyak jalan-jalannya keliling Indonesia. Mulai dari Aceh, kampung Dayak di Kutai, Manado, Bali hingga Padang dan Bukit Tinggi. Sewaktu di Manado, dalam perjalanan ke Bunaken kapal yang ditumpangi mengalami kebocoran! Air laut masuk ke buritan dan kondisi di tengah laut. Alhasil langsung putar balik dan sampai sekarang belum sempat lagi ke Bunaken.

Pulang dari Sulawesi pun sempat kena alergi karena disengat agas di lengan kanan dan kiri. Asli bentol-bentolnya sampai saya sendiri bergidik melihatnya.

2014

Pindah tempat kerja ke Medan. Tempat kerja baru ini unik, perusahaan start up di perkebunan. Mau tidak mau jadi anak kos yang tiap hari makan terbang dari warung makan satu ke warung makan lain, kadang di resto juga sesekali haha.

Di Medan sempat ikutan komunitas blogger walaupun kehadirannya masih bisa dihitung dengan jari. Tapi banyak ilmu yang didapat dari komunitas positif seperti ini. Mulai tahun ini mulai merutinkan juga olahraga lari dua kali seminggu berhubung badan terasa gembrot.

Sempat jalan-jalan ke Berau, Labuan Cermin tepatnya. Eh di sana malah bertemu konco lawas. Di Sumatera juga trip ke Tinggi Raja yang dalam perjalanannya banyak pungutan liar haha.

Di tahun ini saya mulai kenal dengan yang namanya raw denim untuk dipakai sehari-hari. Raw denim ini sama seperti jeans yang dipakai pada umumnya HANYA saja fabricnya masih ‘fresh from the loom’ tanpa proses pencucian – yang notabene membuat fabricnya semakin lemas. Beberapa supplier bahkan membuat fabric dari alat tenun yang berumur tua. Harga satu potong celana relatif lebih tinggi, namun mumpung masih lajang kenapa enggak haha.

2015

Dwi Warna

Tahun 2015 nampaknya banyak jalan-jalannya haha. Dimulai dari trekking ke Air Terjun Dwi Warna (yang sekarang sudah ditutup karena menelan korban saat banjir bandang), Bukit Lawang berjumpa orang utan, Danau Linting yang suasanya mistis, Tangkahan untuk memandikan gajah 😜, Mursala – tempat syutingnya King Kong (?), Kolam Abadi dan ditutup dengan menikmati pantai di Pulau Banyak.

Di tahun ini abang saya menikah dan akhirnya punya saudara ipar haha. Ini salah satu yang memacu saya untuk menargetkan menikah di tahun depannya.

2016

Tema jalan-jalan alias travelling masih menghiasi juga di tahun ini. Yang paling seru tentu saja touring ke Toba pakai sepeda motor – sekalian kelilingin Samosir (ini seru banget), sempat mampir Singapur – Malaysia sepulang cuti, ke Nias – luar biasa budaya di sini, trekking dan camping di Pusuk Buhit – tempat yang dipercaya turunnya Siraja batak dan ditutup dengan trekking lagi ke Puncak Sibayak.

Menjelang akhir tahun my trusted pocket camera (Canon G15) akhirnya rusak dan biaya perbaikannya sangat tinggi karena main boardnya pun rusak. Saya memutuskan untuk mempensiunkan saja dan membeli mirrorless. Hal yang terjadi berikutnya malah ketagihan beli lensa-lensa kamera dari yang automatic sampai lensa manual yang diproduksi di zaman Uni Soviet 🀣.

2017

Dari awal tahun ini saya mulai melakukan operasi klandestin untuk mendekati wanita yang kelak menjadi istri saya πŸ˜‚. Singkat cerita, di bulan Agustus saya resmi melamarnya dan di akhir tahun resmi pula saya dengan lantangnya membaca akad ijab kabul dengan bapak mertua πŸ˜ƒ. Setelah acara pernikahan, dengan keluarga besar saya mengunjungi Toba untuk kemudian langsung berbulan madu di Lombok.

Setelah menikah, amat sangat kentara perubahan di kehidupan saya. Dari yang tadinya serba sendiri ketika ngapai-ngapain sekarang ada partner hidup untuk mengarungi asam garamnya kehidupan ini 🀣.

Tahun ini mengenal pasar modal namun belum mulai untuk menjadi investor.

2018

Tahun 2018 diisi dengan kisah dua anak manusia yang belajar saling mengenal satu sama lainnya haha. Banyak pelajaran kehidupan lah intinya. Mungkin bagi pembaca yang sudah menikah pasti mengerti.

Jalan-jalan di tahun ini banyak berkurang tidak seperti di tahun sebelumnya. Tapi sekalinya pergi jauh banget yaitu ke Jepang di puncak musim semi. Ini sih jalan-jalan yang luar biasa karena kami pergi tanpa menggunakan jasa travel. Semua kami yang rencanakan dan atur. Banyak hal baru di sana yang tidak kita temuin di Indonesia. Momen paling romantis di sana ya pas bunga Sakura sedang mekar-mekarnya. Berasa ada di film Winter Sonata πŸ˜‚.

Alhamdulillah tahun ini sudah tinggal berdua dengan istri di rumah impian. Tahun ini pun mulai nyicil isi rumah dan tetek bengeknya.

2019

Berhubung sisa tanah bagian belakang rumah masih luas, akhirnya kami memutuskan menambah bangunan untuk kamar, kamar mandi, dapur serta ruang kumpul. Istri saya pun menjadi arsiteknya haha. Ternyata dana actual melebihi budget yang kami tentukan berhubung kami juga ingin menambah ini itunya πŸ˜‚.

Untuk mendalami pasar modal di Indonesia lebih jauh akhirnya ikutan Sekolah Pasar Modal yang diinisiasi BEI Medan sampai akhirnya mulai untuk berkecimpung jadi investor di beberapa instrumen keuangan πŸ‘. Buku-buku yang dibeli sekarang berkaitan sama ini juga sih.

Tahun ini ada juga jalan-jalan barengnya lagi bersama istri. Kali ini tujuannya ke Hong Kong dan Macau untuk bermain judi ke Disneyland ehh. Selain kami berdua juga ikut teman kantor. Makin rame makin seru sih.

Oops

Tepat di ulang tahun pernikahan ke dua, kami dapat kado bahagia yaitu kehamilan istri saya Alhamdulillah. Semoga kami sehat-sehat semua πŸ˜ƒ.

2020

Baru dimulai, silakan tunggu di postingan Satu dekade berikutnya ya 😁

5 thoughts on “Satu dekade”

  1. Wow! What a life, ya ga sih? Kamu jalan-jalannya banyak amat… aku mau ke tempat-tempat pelosok begitu, seruuu… Btw, aku juga dulu punya camera pocket Canon, S100 kalo ga salah, cukup powerful tapi akhirnya aku beli mirrorless Nikon J1 dengan lensa fix 35mm. Suka bangeettt… Tapi lalu hilang, dan aku beli J4, tapi kok ga se-sreg J1 ya, hmmf…

    1. Iya, Mba Dita hehe. Itu banyak jalan-jalan karena hari cuti kerjanya lebih banyak juga dibanding tempat kerja yang lama, aji mumpung deh jadinya. Wahh sayang banget ilang, lensa 35mm pula tu ya Mba. Saya pribadi pun lebih suka pakai lensa fix dibanding zoom, lebih tajem hasilnya..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: