SALAH satu yang agak repot bagi seorang muslim yang bepergian ke negara yang mayoritasnya non muslim adalah makanan. Padahal makanan adalah salah satu kebutuhan dasar yang harus kita penuhi kapan dan di mana pun.
Persis di awal bulan April lalu, saya beserta istri dan tiga orang teman kantor pergi ke Hong Kong dan Macau untuk berjalan-jalan. Mengingat tempat tujuan, penduduknya non muslim maka salah satu yang diwanti-wanti dan disiapkan jauh sebelum perjalanan yaitu mencari tempat makan yang halal dan thoyib.

Situs pencari Google menjadi sarana andalan kami untuk mencari tempat makan halal di Hong Kong dan Macau. Dengan bermodal ketikan jari, berbagai referensi mulai dari blog personal hingga situs referensi dari travel muncul dan menjadi referensi untuk memilih.
Nah, berikut ini beberapa tempat makan di Hong Kong dan Macau yang sudah sempat kami singgahi dan cicipi makanannya. Dijamin halal.
Ebenezer’s Kebab and Pizzeria di Ngong Ping Village

Nah resto ini dijamin halal bahan dan alat masaknya. Lokasinya pun ada di Ngong Ping Village, salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Sewaktu ke sini karena tidak ada pilihan tempat makan lagi akhirnya sempat pesan kebab dan nasi biryani. Porsi makanan di sini ternyata cukup besar dan bisa untuk makan dua orang. Jadi satu porsi nasi untuk makan siang dan kebabnya untuk makan sore haha. Lumayan menghemat.
Nasi biryaninya enak banget, daging kambing mudanya berlimpah ruah, bumbu khasnya pun berasa banget di lidah. Kalo kebab rasanya menurut saya biasa saja sih namun karena porsinya besar jadi ngga terlalu kecewa dengan harganya.
Hong Kong Islamic Centre canteen

Nah kalo lokasi di sini amat sangat mudah karena tempatnya berada di dalam gedung Islamic Centre di Oi Kwan road. Di dalam gedung, Masjid Ammar berdiri dengan teduhnya di tengah pusara aktivitas-aktivitas bisnis yang tak henti-hentinya berputar.

Kantin di sini sangat terkenal dengan keenakan dim sumnya. Sayangnya ketika saya berkunjung ke sana sudah kelewat siang dan menu dim sum sudah habis tak bersisa. Jadi kalo mau coba dim sumnya pastikan untuk datang sebelum jam 12.
Di kantin ini saya memesan mie kuah (mienya dari beras) dan namanya pun sudah lupa. Yang jelas mie kuah dengan daging sapi dengan ukuran big bowl. Saat pesanan datang kami terkaget-kaget karena ukurannya jumbo dan bisa untuk makan 4 sampai 5 orang haha. Awalnya kami tidak terlalu paham dengan kebiasaaan menu makanan di sini yang memang disajikan besar karena biasanya makan bersama dan saling sharing dengan lainnya.
Rasa mie kuah ini unik. Yang pertama tentu rasa umami tidak mendominasi seperti kalo kita makan di Indonesia karena sama sekali tidak menggunakan penyedap. Yang kedua ada bumbu atau rempah yang rasanya khas dan saya ngga tau itu apa karena pasti terasa kalo pesan mie kuah di tempat lainnya juga. Intinya sih saya suka dan doyan sampai dihabiskan tak bersisa berikut kuah-kuahnya haha.

Adapun istri saya memesan nasi dan daging sapi dengan bumbu lada hitam. Porsinya banyak juga haha. Akhirnya sebagian besar nasi dan lauknya kami bungkus untuk makan sore dan malam. Untuk rasanya dari lidah saya terasa plain walaupun ada rasa pedasnya.


Nun di dalam bangunan pasar sekitar Jalan Bowrington 23, ada sebuah rumah makan yang menyajikan makanan halal spesialis bebek panggang. Lokasinya agak sulit karena posisinya bukan di pinggir jalan, kami saja hampir putus asa menemukannya. Persisnya tempatnya ada di dalam food court bangunan pasar.

Menu andalan di sini yaitu roasted duck. Berhubung kami sudah tau porsi makanannya jadi untuk kali ini pesannya cukup satu porsi sayur, roasted duck serta dua nasi dalam mangkok yang selanjutnya kami makan menggunakan sumpit haha.
Rasa bebek ini enak walaupun ngga seenak ketika di Indonesia, lebih cenderung ke asin dan bawang putihnya terasa. Ukuran bebeknya memang besar dan lapisan lemaknya sedikit terasa juga. Di bagian dalam tumpukan bebek diselipkah berbongkah-bongkah lobak yang segar ketika dimakan.

Chrisly cafe terkenal akan resto yang menyajikan makanan khas Hong Kong. Kalo saya lihat menunya sih lebih ke perpaduan makanan timur dan barat sih, malah cenderung ke barat-baratan. Pemilik resto ini yaitu seorang Hong Kong muslim jadi sudah dijamin kehalalan makanannya walaupun mereka pun masih menyajikan makanan yang mengandung babi, tetap alat masaknya dipisah.
Walaupun dari review dan hasil pencarian di google resto ini banyak komentar positifnya, kami justru kesulitan saat memesan makanan di sini. Yang pertama karena pelayannya ngga ada yang fasih bahasa Inggris, yang kedua saat dikasih menu tulisannya aksaran Tiongkok semua. Alhasil kami memesan menggunakan bahasa Tarzan.
Karena bingung akhirnya saya memesan mie kuah dengan ayam yang belakangan akhirnya saya tau saya dikasih mie instan (lengkap dengan bumbunya) haha. Karena lapar mendera akhirnya saya habiskan juga sih. Menu lainnya yang kira-kira cocok dengan lidah Indonesia ada juga nasi kari ayam yang bumbu karinya cenderung berasa bumbu kacang.
Nah resto ini masuk ke dalam must visit again kalo misal ke Hong Kong lagi haha. Restonya nyaman dan menyajikan makanan halal semuanya jadi terasa lebih tenang kalo makan di sini. Selain itu pelayannya pun ramah dan bisa diajak komunikasi bahasa Inggris.

Asli di sini semua makanan yang kami coba enak banget. Makanya sampai dua kali selama di sana. Contohnya nasi goreng seafood yang pas bumbu sama rempahnya. Udangnya apalagi, juicy banget di rongga mulut. Dijamin bisa tambo-tambo kalo makan di sini.
Saya juga sempat memesan semangkuk mie lagi di detik-detik terakhir mau pulang tapi akhirnya tergoda haha. Nah di sini ada kesamaan rasa rempah yang sebelumnya saya sebutkan ketika makan mie di Islamic Centre Canteen. Bedanya di sini saya pesan yang spicy supaya lebih nendang. Untuk urusan sambal, di resto Hong Kong rata-rata ngga pedas dan ngga enak jadi lebih baik bawa dari rumah sekalian.

Di Makau, restoran makanan halal Loulan lokasinya ngga jauh dari reruntuhan Gereja St Paul. Tepatnya hanya memerlukan jalan kaki sejauh 600 meter. Lokasinya berada di jejeran ruko yang kayaknya masuk ke bagian kawasan kota tuanya. Jalanannya terbuat dari batu dan banyak lampu-lampu jalan khas kota tua eropa.
Selama di Loulan, kami memesan beberapa menu diantaranya ayam goreng khas lupa namanya, sayur tumis sawi serta satu porsi besar dimsum ayam untuk dimakan beramai-ramai. Untuk makanan di sini rasanya cukup enak karena rempah-rempahnya terasa. Untuk dimsum rasanya enak walaupun lidah kami sudah terbiasa makan dimsum gurih bermicin selama di Indonesia.
Ada sebuh restoran yang kami cari lagi yaitu Golden Peacock. Sayangnya setelah kami mencari ke sana kemari ternyata restorannya sudah tutup.
Berhubung cari makanan halal di Macau memang sulit, kami tidak lupa untuk membekali diri dengan beli nasi kepal alias onigiri yang kami beli di Hong Kong sebelumnya. Sebagai informasi, kami coba beberapa kali membeli onigiri di Macau namun nasinya tidak pulen alias malah pera dan rontok ketika dimakan.
Sekian tulisan rekomendasi tempat makan halal di Hong Kong. Semoga bermanfaat.
Wuah nice info mas.. terima kasih.
Padet isi kebabnya terlihat menggoda, roasted duck nya jugaa.
Itu nasgor seafoodnya kayak cuma ditumis sayur + udang tanpa kecap tapi enak banget ya?? Hmm penasaran.
Roasted duck nya mantul qure hehe… Bet nasgornya simpel, yang bikin maknyus tuh udangnya yg juicy banget
culik aku juga ke hongkong om, lama gak bersua udah sampe hongkong aja yaa . . . .
yuk diculik, kita sama2 jadi TKI hehe…
ampun, master anggi skrg mau menjajah asia terus nih :p
Hahaha yg deket2 aja man