1. Pendahuluan

            Sumber daya alam, telah dikenal oleh manusia sejak manusia ada di bumi ini. Mulai dari ketika ia makan hingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak bisa dilepaskan dari sumber daya alam. Sumber daya alam adalah semua aspek alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya (Zen, 1984). Interaksi antara manusia dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan salah satu bentuk pemanfaatan yang dilakukan manusia dalam mengolah sumber daya alam. Ketersediaan dari sumber daya alam adalah fungsi dari dua hal, yaitu karakteristik fisik sumber daya alam dan kondisi teknologi dan ekonomi (Getis et al, 2000).

Secara umum sumber daya dapat dibagi menjadi dua golongan. Pertama  yaitu sumber daya yang dapat diperbarui seperti kayu, tanaman pangan, hewan ternak, dan sebagainya. Kedua, sumber daya yang tidak dapat diperbarui seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, dan barang tambang lainnya.

Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah disamping letaknya yang strategis secara geografis. Sumber daya alam tersebut mulai dari kekayaan laut, hutan, hingga barang tambang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sandy (1996) mengemukakan jenis-jenis sumber daya di Indonesia yang meliputi ruang angkasa, hutan, lautan, tambang, tanah, dan air.

Sumber daya pangan merupakan salah satu dari kebutuhan pokok manusia yang dapat diperbarui. Di Indonesia, nasi merupakan makanan pokok (staple food) sehingga usaha produksi sumber daya pangan di Indonesia  utamanya adalah pertanian padi. Pertanian padi banyak terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan tanah yang tinggi. Hal ini dikarenakan Pulau Jawa merupakan wilayah geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak wilayah vulkanik yang kuat (Pannekoek, 1939). Karena mineral dari debu vulkanik itulah Pulau Jawa memiliki tanah yang subur. Dengan kesuburan tanah yang tinggi di Pulau Jawa tersebut, banyak penduduk yang mengumpul untuk bermukim di tanah-tanah yang subur sehingga terjadi pemusatan penduduk (Sandy, 1996). Lambat laun, penduduk akan bertambah populasinya yang berarti juga peningkatan jumlah konsumsi beras yang naik seiring dengan meningkatnya populasi manusia.

Provinsi Jawa Barat, sejak masa pendudukan Belanda sudah mengusahakan pertanian padi sehingga sampai saat ini pun dikatakan sebagai lumbung beras Indonesia. Bahkan, pada dekade 80-an Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan sehingga FAO memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia saat itu.

 

Masalah

            Dalam makalah ini akan membahas sumber daya pangan di Provinsi Jawa Barat. Masalahnya yaitu:

– Berapa produksi panen padi di masing-masing kabupaten di Provinsi Jawa Barat? 

– Di kabupaten mana saja yang produksi padi terendah dan tertinggi serta mengapa hal itu terjadi jika dikaitkan dengan fakta wilayahnya?

– Bagaimana kecenderungan polanya?

Keseluruhan masalah akan dikaitkan dengan kondisi dari geomorfologi Jawa Barat.

Tujuan

            Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk melihat gambaran produksi panen padi di Jawa Barat yang ditampilkan secara spasial yang dikaitkan dengan kondisi geomorfologi wilayah kajian.

2. Pembahasan 

Fakta Wilayah

            Provinsi Jawa Barat terdapat di zona barat Pulau Jawa. Secara astronomis terletak di 6o – 8o LS dan 106o – 109o BT yang terdiri dari 25 daerah tingkat II. Sembilan daerah setingkat kota dan 16 daerah setingkat kabupaten. Dalam makalah ini, yang menjadi lingkup wilayah kajian ialah kriteria daerah tingkat II yang setingkat kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar produksi panen padi di daerah tersebut karena mayoritas penggunan tanah di wilayah kabupaten yaitu non urban. daerah kota tidak diikutkan dalam geomer makalah ini karena secara fungsi, sektor utama yang berkembang ialah perdagangan dan jasa.

            Secara fisiografis, Pulau Jawa dapat dibagi ke dalam tiga zona. Yaitu zona utara, tengah, dan selatan. Zona utara merupakan endapan aluvial yang subur dan terdapat pula kipas aluvial yang kandungan haranya tinggi. Di zona tengah merupakan depresi yang diisi dengan endapan vulkanik muda dan terdapat blok-blok gunung api. Di zona selatan merupakan hasil dari endapan vulkanis tebal (breksi tua) yang terlipat pada meosen tengah (Pannekoek, 1939).

 

Produksi Padi di Jawa Barat

            Total luas lahan pertanian di Provinsi Jawa Barat yang panen, menurut BPS (2008), pada tahun 2007 totalnya sebesar 1.696.769 ha. Sedangkan total hasil produksi panen Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 yaitu 9.203.497 ton. Sehingga jika dihitung hasil panen per hektarnya, didapat rata-rata hasil panen per hektar sebesar 5,42 ton/ha atau 54,2 kwintal/ha.

            Jumlah total produksi padi tertinggi di Provinsi Jawa Barat di kabupaten pada tahun 2007 terdapat di Kabupaten Indramayu dengan total produksi sebesar 1.096.136 ton dengan luas panen 192.147 ha. Jumlah produksi Kabupaten Indramayu ini tidak berbeda jauh dengan Kabupaten Karawang yang memiliki jumlah produksi 1.026.063 ton. Sebaliknya, jumlah total produksi terendah terdapat di Kabupaten Purwakarta dengan jumlah produksi 198.984 ton. Kabupaten Cianjur, yang dikenal dengan beras hasil produksinya yang memiliki kualitas baik hanya menghasilkan 659.499 ton.

 

Analisis

            Dari hasil total produksi padi yang ada, dapat disajikan secara spasial dalam peta[1]. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat, pengelompokan dari total jumlah hasil produksi padi di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 dapat dibagi menjadi empat klasifikasi. Range berkisar dari 0 – 300.000, 300.000 – 600.000, 600.000 – 900.000, dan > 900.000 ton.

            Dari hasil peta terlihat suatu kecenderungan dari jumlah total padi yang dihasilkan. Jumlah produksi padi terendah (range 0 – 300.000) hanya terdapat di Kabupaten Purwakarta. Range kedua (300.000 – 600.000 ton) terdapat di Kabupaten Bogor, Bekasi, Bandung, Sumedang, Majalengka, Ciamis, Kuningan, dan Cirebon. Range ketiga (600.000 – 900.000 ton) terdapat di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, dan Tasik. Range keempat (> 900.000 ton) terdapat di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu.

            Berdasarkan peta, dapat dilihat suatu kecenderungan jumlah produksi padi yang dihasilkan di masing-masing kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Hal ini bisa di bagi menjadi tiga bagian sama seperti tiga zona fisiografis Pulau Jawa yang dibuat oleh Pannekoek. Zona ke-1 yaitu di kabupaten yang terdapat di bagian utara Provinsi Jawa Barat dimana memiliki jumlah produksi padi yang tinggi (range ke-4). Bagian utara Jawa Barat ini merupakan endapan aluvial yang memang memiliki kesuburan tanah yang tinggi karena sebagian merupakan kipas aluvial dan juga mendapat pengaruh dari pengendapan hasil kikisan di bagian selatannya (bagian tengah) yang merupakan hasil dari vulkanik muda. Di bagian utara juga terdapat muara sungai-sungai besar seperti Ci Tarum di Kabupaten Karawang, Ci Punegara di Kabupaten Subang, dan Ci Manuk di Kabupaten Indramayu.

            Zona ke-2 yaitu di bagian tengah Jawa Barat yang memiliki jumlah produksi padi range 1 dan range 2.  Di bagian ini merupakan kabupaten dengan jumlah produksi padi terendah. Secara morfologi, bagian tengah Jawa Barat ini memang terdiri dari blok-blok gunung api dan merupakan zona depresi. Sehingga, daerah datar untuk kesesuaian tanaman padi luasnya tidak sebanyak yang ada di bagian utara Jawa Barat[2]. Selain itu, bagian tengah Jawa Barat ini terdiri dari rangkaian pegunungan yang memiliki kelerengan tidak datar sehingga dengan kondisi lereng tersebut tidak sesuai untuk tanaman padi.

            Zona ke-3 yang berada di bagian selatan merupakan daerah dengan produksi padi antara 600.000 – 900.000 ton pada tahun 2007. Di bagian selatan ini produksi padi tidak setinggi yang ada di bagian utaranya karena sebagian merupakan daerah pengangkatan dan terdiri dari plato (zona plato selatan). Sehingga dari kondisi geomorfologi yang demikian produksi padi di bagian selatan Jawa Barat tidak maksimal.

3. Penutup

Kesimpulan

Sumber daya padi merupakan sumber daya yang sangat vital karena merupakan sumber makanan pokok di Jawa Barat khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Produksi padi tertinggi terdapat dibagian utara Jawa Barat sedangkan yang terendah terdapat di bagian tengah Jawa Barat. Keberadaan pertanian padi di Provinsi Jawa Barat dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi yang bersangkutan karena merupakan unsur yang membentuk muka bumi di wilayah tersebut.

Saran

            Diperlukan suatu intensifikasi pertanian di Jawa Barat. Dan juga mengurangi peruntukan lahan untuk permukiman dari lahan pertanian untuk menjaga kestabilan produksi padi. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kaitan jumlah produksi padi dengan geomorfologi Jawa Barat sehingga didapatkan gambaran yang lebih terperinci.

DAFTAR PUSTAKA

 

BPS Provinsi Jawa Barat. 2008. Provinsi Jawa Barat dalam Angka 2007. BPS.

 

Getis, A., J. Getis, dan Fellmann. 2000. Introduction to Geography. 7th edition. Mc Graw Hill.

 

Pannekoek. 1939. Out Line of The Geomorphology of Java. Terj. Basri, Budio. Jurusan Geografi FMIPA UI.

 

Sandy, I Made. 1996. Geografi Regional Republik Indonesia. Cetakan 3. Jakarta : PT Indograph Bakti.

 

Zen, M.T. 1984. Sumber Daya dan Industri Mineral. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

 


[1] Lampiran Peta Total Produksi Padi Tahun 2007

[2] Lihat Lampiran Data Statistik Pertanian Provinsi Jawa Barat

 

LAMPIRAN

 

untitled

5 responses to “PRODUKSI PERTANIAN PADI DI JAWA BARAT (2007)”

  1. zul avatar

    designya niru gw nih. geographerzul13.wordpress.com

    1. anggigeo avatar
      anggigeo

      yeee, gw kan gak tau zul….

  2. […] PRODUKSI PERTANIAN PADI DI JAWA BARAT (2007) « Anggigeo’s Blog […]

  3. nisa avatar

    di GIS bisa ya atur interval sendiri, bukannya itu udah default dari sana ya?

    1. anggigeo avatar
      anggigeo

      bisa di atur manual koq. tinggal atur interval sesuai keinginan kita.
      salam kenal,

Leave a reply to anggigeo Cancel reply

I’m Anggi

Welcome to my virtual space. I am not often post on my blog but I read a lot blogs about travelling, photography and GIS.

Let’s connect